Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2022

Rindang Rinduku

Gambar
  Rindang Rinduku Aku rindu pada pulangku yang candu. Merebah lelah pada pelukmu yang ruah. Mengeja luka pada teduhmu yang ku puja. Menertawakan kejamnya semesta dengamu yang syahdu akan sukacita. Aku rindu pada lapangnya sabarmu. Meraba makna denganmu yang begitu adiwarna. Menengadah melihat cahaya, yang tampak hanya gelap gulita. Maaf rinduku begitu khusu, sehingga membuat tenangmu tak lagi padu. Maaf rinduku keterlaluan, kenangan kita begitu berserakan. Kamu sedang apa? Tidakkah kamu melihat ke luar jendela? Rinduku bergala menunggu tuannya yang jauh berkelana. Maaf aku hanya berucap maaf. Rinduku sudah tidak cukup disuarakan lewat paragraf.

Perjalanan Tak Berkesudahan

Gambar
  Perjalanan Tak Berkesudahan Terima kasih sudah membuatku terbentur hebat pada luka lama yang begitu sesak. Melihatmu lagi adalah ketidakinginan yang ku tahu bahwa semua itu merupakan ketidakmungkinan. Seberapapun aku pergi jauh, selama apapun aku mengusahakan tentang lupa yang tidak benar-benar lupa, seluas apapun aku berlapang dada. Ternyata rasa sakitku masih sama, sesak itu tidak pergi begitu saja. Maaf, aku tidak kasam. Aku hanya manusia yang takut kembali jatuh pada cinta yang sudah membuat cerita indahku menjadi kelam. Ku pikir semesta berbaik hati karena mengizinkan mataku untuk tidak melihat lagi matanya yang sayu, senyumnya yang beku, bibirnya yang kelu, dan tubuhnya yang kaku. Ternyata aku salah, semesta hanya mengizinkanku berkelana lebih jauh, walaupun ingatanku tentang kisah lalu bergumul seperti paluh yang tak pernah luruh. Perjalanan melupa adalah usaha paling tidak sempurna yang pernah ku coba. Lupa adalah mengingat sesak yang deras jatuh berkubang pada inga

381600 menit

Gambar
  381600 menit Sudah ku bingkai rapih kisah kita yang ku kira akan selamanya. Sudah ku bungkus indah kado 381600 menit tentang segala rasa. Sudah ku siapkan kue manis yang tak lupa ku beri cinta. Sudah ku siapkan lagu romansa tentang dua manusia yang sudah saling menjaga. Sudah ku desain sederhana rona hangat untuk menemani kebersamaan kita. Segala kejutanku tak lagi berharga. Kasihku sibuk memberi hangat pada manusia barunya. Lupa, memberi dekap pada cinta lamanya. Tersadar, begitu buta saat aku jatuh cinta. Ia begitu sibuk memayungi kasihnya. Dan kini, aku sibuk menyeka derasnya air mata. Ku salami kenangan. Satu per-satu akan ku tanggelamkan bingkai-bingkai itu hingga palung terdalam. Hingga kelamku, tak pernah bermalam.