Lukanya Belum Kering
Lukanya Belum Kering
Diantara rintik-rintik hujan, ada luka yang ku
lepaskan. Ia mengalir bersama kesakitan yang berkelanjutan, aku tersenyum. Luka
itu pulang pada muara penghianatan. Terucap segelintir doa agar luka ini cukup
sampai disini.
Tangisan itu sudah berlalu, disambutku hari yang
baru. Berusaha terlihat baik-baik saja di antara ribuan manusia yang ku temui,
termasuk dirimu. Kau tahu? Aku tidak ingin luka ini semakin dalam dan terulang,
karena mu. Nyatanya tidak begitu, aku kembali rapuh oleh penghianatan. Hah. Aku tertawa diantara
ilalang-ilalang tua.
“lucu sekali”
aku tersenyum dibawah langit abu-abu di hari rabu.
Luka kemarin masih belum kering, kali ini lukanya
semakin dalam. Kau hanya terdiam, aku yang kesakitan. Kekasih, aku tak
setangguh yang kau kira. Aku mampu berpura-pura bahagia, tetapi tidak untuk
selamanya. Ku kira kau mengerti akan sakitnya luka, ternyata tidak.
Kini hujan itu kembali, namun lukanya enggan diajak
pergi. Aku sendiri, berpijak pada luasnya bumi.
Galau mulu...
BalasHapus