Karena kita belum saatnya melupa


Karena kita belum saatnya melupa

 




Kita adalah dua insan yang masih mencinta, namun mencoba saling melupa. Menghindar dari segala pertemuan, memalingkan wajah saat berpapasan. Katamu, kita memang ditakdirkan bersama. Lucunya hatiku tak menerima, ia membeku dan tak memberi isyarat apa-apa. Tapi yang perlu kau tahu, mataku selalu ingin tahu berbagai kegiatanmu. Katanya ia rindu memandang senyum tipis manismu, ia rindu menatap kedipan indah matamu.

Mendung, suasana yang mengisyaratkan keadaan berkabung. Namun, tidak untuk kali ini. Mendung mampu membuatku berdiri bersebelahan dengan mu, apalagi saat hujan turun begitu deras. Ia menatapku seperti waktu itu, saat semua baik-baik saja. Mataku sedang tak bisa diajak bekerjasama, sulit sekali untuk memalingkan mataku dari matamu. Menyebalkan.

Derasnya hujan membuatku mengingat masa-masa itu, aku akui bahwa aku rindu. Kekasih, kita terlalu egois. Semesta tahu bahwa kita masih saling mencinta, hanya saja ego menepis semuanya. Jadi sekarang mau bagaimana? Kita tetap bertahan dengan ego masing-masing atau kembali saling menerima sebagai insan yang pernah bersama.

Jujur saja, aku tidak kuat jika harus berpura-pura begitu lama. Aku akui kita masih bisa mengukir kisah kasih, walau sebenarnya hatiku masih terasa perih. Tapi aku percaya kasih, kau tak akan mengulanginya lagi. Kita buka saja lembaran baru, yang masih putih dan belum tercoret luka perih.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Tentang Ia, Overthingking Namanya.

Peranku Untukmu

Sebuah Usaha dan Semoga