Monokrom
Monokrom
Diksiku berlabuh padamu, pada kisah kita tempo dulu.
Jejak-jejak kecil, mengingatkanku padamu yang mungil. Senyum
yang masam, tapi itu manis menurut takaranku. Jeans yang robek dan kusam, tapi
itu cirikhasmu. Sehelai bunga mawar yang mulai menghitam dan kau berikan itu
padaku, tapi itu special bagiku.
Lembaran-lembaran kertas berhamburan, menghilangkan kata
yang bertinta hitam dan maknanya tak bisa diulang. Mensunyikan suasana yang
begitu sangat sunyi, tanpa cinta. Menggemakan isak tangis. Dindingnya basah,
padahal hari ini tidak turun hujan. Mengertilah.
Kabut itu berhasil membuatmu hilang dari pandanganku, tidak
ada lagi kamu dihadapanku saat ini. Tanah aspal yang kau injak menjadi semakin
dingin, seperti sikapmu. Dedaunan menjadi kering tak bernyawa, karena sebegitu
garingnya bercandamu waktu itu. Waktu itu? Iya waktu itu. Waktu dimana kau tak
abu-abu seperti saat ini.
Itu, monokrom yang benar-benar tak tertolong. Sampai pagar
sudah berkarat dan rindu sudah mulai sekarat, ini tidak lucu.
Komentar
Posting Komentar